Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Seribu Nada

Aku sangat paham dengan apa yang kau rasakan, tapi aku benar tidak tahu ternyata kau melihat pemandangan tak mengenakan itu. Maaf. Aku sekuatnya ingin tidak memberimu pemandangan yang seperti itu. Karena aku tidak ingin mengganggu kebahagiaanmu yang telah kau dapatkan darinya. Dari itu, tempo hari aku berkata, "sudah nggak waktunya aku berkata." Ya, sudah tidak waktuya memang, meski banyak sekali yang aku ingin katakan agar kau kembali ingat dengan kalimat-kalimat yang pernah kau hamburkan di pikiranku. "Kenapa hampir setiap hari ditidurku kau hadir?" hanya tanda tanya itu yang membayangiku, sebuah pertanyaan yang tidak bisa aku jawab. Hanya Tuhan dan Aku yang tahu, mungkin juga Kau. Biarlah aku berbicara dan melihat senyummu merekah dalam kehidupan tak nyata itu, karena aku tidak mungkin melakukannya di kehidupan nyata ini.

To be Continued . . . .

Lampu warna-warni terus memenuhi teropong kehidupan baruku, titik-titik cahaya tak satu pun rela untuk menghindar. Mereka setia menemani sebuah pencarian secercah kebahagiaan, mereka gembira memberi penerangan pada serpihan rasa. Ironis dengan apa yang kualami, miris dengan apa yang telah terjadi. Menengok ke BELAKANG, kesengsaraan hati yang terpampang pada kanvas kehidupanku. Menengok ke SAMPING , kekecewaan orang-orang terkasih tercecer mengotori lukisan perjalananku. Banyak yang menampar bahkan memukul mata pikiran, "jangan buta!!!" Setiap menit, setiap jam, dentungan perhatian mereka menyelimuti hatiku. Hanya sebuah kata yang sebenarnya mereka inginkan, "ketegasan!" Tak ayal, secara tak sadar, "menikam dari belakang," kata-kata itu menerobos masuk ke dalam gendang telingaku. Ternyata, kepuasan sama sekali belum menyapa mereka. Dirasa memukul belumlah cukup, mereka menghentikan nafas kebingunganku, mereka memutilasi keraguanku, melempar ke peka

Mereka

Pagi nan bercahaya, Semangat semakin membara, mereka, anak-anak bangsa yang tak kalah mempesona. Keterbatasan yang mereka alami tak sedikit pun mengurungkan kakinya menuju sekolah. Guru, sebagai sosok yang mereka elu-elu kan pun, harus mampu menjaga semburat semangat mereka. Orang tua tak lagi peduli akan nasib mereka. Ya, kemana lagi kalau bukan kepada kita, mereka merintih, mereka berharap, berharap perhatian lebih yang mereka peroleh. Karena, Aku yakin, perhatian lebih dan kelembutan, mampu mengubah mereka.

Semalam Bersama Hujan Menuju Kawah Bromo

Hujan malam itu turun tanpa ampun.... Perjalanan yang luar biasa kami telah lalui, diiringi suara geledek yang menggetarkan bola bumi, guyuran air dari hitamnya langit membanjiri jalan yang kami lewati. Dingin terus mencoba menembus jas hujan yang kami kenakan, dingin itu ingin memeluk kulit kami dan mematahkan tulang belulang kami. Lingkaran waktu kami habiskan di jalan, dengan dingin yang mancabik-cabik diri mencoba mengendorkan semangat kami. Laju roda mulai terhambat oleh kali-kali dan selokan-selokan yang meluber menenggelamkan seluruh bagian tubuh jalan. Belum lagi tikungan-tikungan lengkap dengan pekatnya kabut dan menggigilnya udara membuat kami semakin membeku. Tidak ada kata yang terlontar, belum ada senyum yang mengembang, semua masih terbisu oleh bekunya udara yang menerpah tubuh kami. Surabaya – Sidoarjo – Pasuruan – Bromo, hujan terus mengguyur kami. Lelahnya perjalanan sama sekali tak tergambar dari setetes peluh kami, karena peluh kami benar-benar ikut m

Mencairkan Bekunya Hati

Selamat pagi. . . :) Senyum mengembang menyahut sapaan dari seorang gadis Solo, semangat terpancar dari bola mata melawan cerahnya mentari. Berjalan membelakangi terbitnya cahaya pagi membuat tulang belakangku memberontak tak karuan, seolah ingin melepaskan daging-daging yang menempel seperti benalu. Pori-pori bajuku memberi jalan bagi sinar mentari masuk menyentuh kulitku, menghangatkan dinginya pagi, mencairkan bekunya hati. Membelokkan langkah kaki ke sebuah lorong jalan, pikiran memberontak, keringat mengucur membasahi sekujur tubuh. Kaki berat untuk melangkah lagi, mata enggan untuk terus membuka menyambut cahaya yang masuk untuk menerangi mata kaki. Lisan tak jua mampu bersuara sementara peluh terus mengalir membasahi bulu-bulu mata. Aku tak tahu juga jalan apa yang sekarang ku lalui, yang ku ingat hanyalah sekarang aku sedang berperang dengan kemalasan, berjuang mengembalikan semangat. Kembali berkeliling di gendang telinga sapaan gadis tadi, seperti kerinduan kapada menta

Refreshing

Akhir workshop sudah di depan mata, tumpukkan kebosanan ini sudah waktunya ditumpahkan. Refreshing, kata itu yang terus menari-nari di dalam kelasku. Ya....memang sangat wajar, sejak awal maret hingga bulan ini kami tak henti-henti duduk menghadap laptop kami masing-masing. Inovasi-inovasi proses pembelajaran selalu dituntut muncul di tiap materi. Angin meniup kencang membuka seragam putih hitam yang kami kenakan, ingin segera terjun ke kolam renang ataukah menajamkan adrenalin dengan  rafting. Ya...kami sudah sangat rindu dengan "move" dan "fun", hanya itu yang mampu mengelupaskan kebosanan ini. Tidak mungkin juga kami harus memikul kebosanan untuk bertemu anak-anak luar biasa metropolitan Juli kelak. Bisa-bisa kami jadi kambing congek di hadapan mereka, "anak metropolitan, bro," seru seorang teman sambil menikmati rokok. "Tunggu aja panggilan Om...hehehe." "Atau juga Mas," timpal teman-teman sambil asyik berirama dengan para musi

Menulis #2

Delapan semester telah ku rampungkan di lapangan Hocky, Softball, Sepakbola, Bolavoli, Bolabasket , Bulu Tangkis, Tenis dan di gedung berlantai tiga jurusan pendidikan olahraga FIK UNESA. Mengenakan baju Toga yang sangat gagah a ku keluar dengan title S-1 di dada ku . Sebuah gelar hasil perjuangan Mak Bapak. A ku pun belum tahu yang namanya menulis, apalagi menulis indah, terakhir yang menjadi kesibukan ku ya, menulis Skripsi, itu pun karena kewajiban...hehehe. Sebuah potongan cerpen di bawah ini semoga bisa menjawab...... Kapan hobiku menulis muncul lagi dan semakin bersemangat...??? Dia yang mampu membuat ku merasa nyaman, dia yang mampu membuat ku merasakan tunas-tunas cinta bersemi , dia yang mampu membuat ku tersenyum. Meskipun tak jarang aku selalu menepis dugaan orang-orang terhadap kedekatan kami, tapi ada rasa senang yang membuncah di balik itu. Tak hanya menimbulkan harap, tapi juga keny ataan. Hari sabtu, ketika terik melegamkan kulitku. Aku terbangun

Pendidikan Luar Kelas (SD Kelas II)

Apa saja kegiatanmu sehari-hari? Berangkat ke sekolah, berkunjung ke rumah teman, pergi ke warung, dan lain-lain. Agar perjalananmu selamat sampai tujuan, kamu haruslah hati-hati. Misalnya saja dengan berjalan kaki di sebelah kiri. Menaiki sepeda atau kendaraan jangan terlalu tengah. Apabila kamu bersepeda terlalu tengah akan mengganggu pengendara yang lain, ini bisa menyebabkan tabrakan. Karena itu, apabila bepergian berhati-hatilah dan perhatikan keselamatanmu,sehingga tidak terjadi kecelakaan. Saat kamu berangkat ke sekolah kamu harus berjalan di sebelah kiri jalan. Kamu juga harus menyeberang pada  zebra cross  atau jembatan penyeberangan. Semua aturan itu membiasakan kamu untuk belajar berdisiplin. Kebiasaan disiplin akan membuatmu lebih tertib. Pendidikan Luar Kelas merupakan salah satu bagian dari tujuh ruang lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengenal lingkungan sekitar sekolah sangatl

Menulis

Kapan aku suka menulis????? Ha..ha..ha..ha. Pertanyaan yang tiba-tiba muncul ketika aku menyelesaikan ibadah maghrib. Aku sendiri pun sedikit kurang percaya diri dengan hobiku yang mampu membelokkan bahkan memutar balikkan impian-impianku. Aku seorang lulusan Pendidikan Jasmani, lebih keren di telinga banyak orang, "aku hanyalah seorang guru olahraga" :) Jika aku ingat-ingat, sebenarnya aku suka menulis sejak awal aku duduk di bangku SMA, ya...tepatnya sejak aku merasakan rasa yang menggetarkan dadaku. C.I.N.T.A. kata vokalis band D'Bagindas. Seorang cewek yang dianugerahi tubuh seksi mulai dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Seorang cewek yang sudah ku kenal sejak kedua lubang hidungnya masih basah oleh beleran ingusnya. Di kelas 7F SMP Negeri 1 Maduran, duduk tepat selisih satu bangku dengannya, setiap hari kedua mataku tak henti melirik tepi-tepi kulit wajahnya yang tersisa oleh lembaran kerudung lebarnya. Tak ayu, tak rupawan, tak juga berkulit bening. Tiga

RENANG

PENGENALAN AIR (GERAKAN BERJALAN) 1.       Berjalan Menendangkan Kaki ke Depan Siswa berbaris bersab sambil bergandengan tangan, kemudian setelah mendengar instruksi dari guru (peluit/tepukan tangan) siswa berjalan dengan langkah kaki menendang ke depan, hingga kaki lurus. Begitu seterusnya hingga batas kolam yang telah ditentukan oleh sebelumnya. Misalnya, 5-10 meter. 2.       Berjalan Mengangkat Paha Siswa berbaris bersab dengan bergandengan tangan, setelah mendengar instruksi dari guru, siswa mulai berjalan ke depan sambil mengangkat paha. Begitu seterusnya hingga batas kolam yang telah ditentukan oleh sebelumnya. Misalnya, 5-10 meter. 3.       Berjalan Menendangkan Kaki ke Belakang Siswa berbaris bersab sambil bergandengan tangan, kemudian setelah mendengar instruksi dari guru (peluit/tepukan tangan) siswa berjalan dengan langkah kaki menendang ke belakang, hingga kaki lurus. Begitu seterusnya hingga batas kolam yang telah ditentukan oleh sebelumnya. Misalnya, 5-

Semalam Tadi

Air begitu tenang.... Terduduk menyelonjorkan kedua kaki di tepi danau, tak ada bintang ataupun bulan. Rerumputan liar di tengah danau nampak seperti gunung es di antartika. Jajaran lampu tercermin di ujung danau, rapi mereka berdiri. Jemari mencoba merangkak, mencari seutas senyum yang lama seolah menghilang. Terkadang, bulu kudupun berdiri ketika dingin angin berputar di sekitar telinga. Air itu memang sangat tenang....

Ribuan Huruf

Entah berapa ribu huruf yang ku keluarkan semalam, berbincang dengannya tanpa ada tanda seru yang menghentikan. Segala rangkaian huruf-huruf tersebut membentuk sebuah naskah yang sangat elok. Curahan hati yang lama berdiam akhirnya ia ketahui. Di tengah malam, di bawah separo rembulan berlamur langit hitam kami menikmati kerasnya bangku coklat panjang. Tak terasa bulir mengalir dari kelopak melewati kacamatanya dan menyentuh kedua pipi halusnya. Tak kuasa jemari membendung aliran air mata yang seolah belum ketemu di mana ujungnya. Ketakutan terus menyelubungi ketika naskah sudah di tangannya. Tq. Inspirasiku

Plastik Kasur "I Love U"

Keindahan dikala surya tak mampu menumpahkan senyuman menghiasi kamar asramaku, sejuk merambat dingin. Dalam duduk aku terus menumpahkan senyum, ketika silih berganti status memaksaku untuk mengeja. Semakin banyak tulisan yang kubaca, semakin menambah beban pada kedua kelopakku. Ingin seperti sang surya yang tidur terselimuti hujan.  Itulah status fb ku pagi ini, Sepiring nasi pecel lahap ku sorongkan ke perutku, segelas teh sebagai pelumas bagi tenggorokkanku yang masih penuh dengan aroma Pepsodent. Keluar meninggalkan restorant asrama PGSD, aku berlanjut kembali ke hotel bintang tiga Kluster Belimbing, membuka pintu kamar Belimbing nomor 4 membuatku rindu akan kenyenyakan malam tadi. Memejamkan mata tepat jam 3 pagi membuatku lupa semua hal, alarm hp terlupa maksudnya sama sekali tak kuhiraukan, subuh pun hilang ditelan bantalku. Nastoro, laki-laki Lamongan menemaniku hingga dini. Berdua menyeduh segelas kopi yang kami bagi ke dalam dua gelas kami. Sebungkus tembakau bermerk Sury

Bersama Menyambut Sang Surya, Bersama Menyapa Senja.

Di sini aku duduk, sebuah kursi merah dan meja kayu gagah berdiri di hadapanku menemani hari-hariku sekarang. Ketika pagi mengawali dudukku di kursi ini, tajamnya sinar mentari menembus kaca jendela hingga mengeluarkan bulir-bulir peluh di keningku, dan ketika sang matahari lurus tepat di atas kepala, bilik jendela tersebut menjadi pintu angin yang menghamburkan kertas-kertas di mejaku. Danau yang membentang dengan jernihnya air terus memantulkan sinar matahari, tak ingin kalah bentangan kaca-kaca pada gedung belum sempurna itu terus bersaing dengan jernihnya air pada danau tersebut. Berterbangan di atas hundukkan-hundukkan awan putih yang membentuk berbagai binatang melengkapi rerimbunan pohon di hutan kota Unesa, menjadi penyejuk bagi udara lembab yang tak henti-hentinya menyelubungi langit Surabaya. Aku sedang berada di dalam gedung berlantai sembilan. Satu-satunya bangunan yang berdiri kokoh di almamaterku yang tak segan menandingi gedung-gedung pencakar langit di sekelilingn

Puzzle Kerinduan

23 Januari 2013, tepat pukul 5 pagi hp ku berbunyi, mengisyaratkan sebuah pesan singkat mampir ke inbox ku. Sembari merapikan dua lembar kain yang setia aku kenakan disaat waktu bersimpuhku kepadaNya, aku membuka dan menelaah isi pesan singkat itu. Sapaan penyemangat menyongsong mentari datang dari Mbak Andra, salah satu rekan yang setiap hari duduk di kursi sekretariatan SM-3T Unesa. Akhir-akhir ini Mbak Andra rajin mengirimkan sapaan penyemangat diujung malam. “Selamat pagi teman, semoga hari ini kebahagiaan dari Allah SWT, selalu menyertai kita. Kebahagiaan terus menghinggapi langkah kita…aamiin. Ali…kamu berangkat ke Sumba Timur bersama Juliar :)” Seutas kalimat itu sanggup menghentikan kedua tanganku merapikan lembaran kain suciku. Betapa tidak, sapaan tersebut menghadirkan rasa yang tidak bisa kuterkah. “Benarkah Mbak” sepasang kata tersebut aku hantarkan untuk membalas kabar dari Mbak Andra. “Iya Ali…nggak nyangka kan kamu bisa berangkat? Itu semua keajaiban