Langsung ke konten utama

Menulis

Kapan aku suka menulis?????

Ha..ha..ha..ha. Pertanyaan yang tiba-tiba muncul ketika aku menyelesaikan ibadah maghrib. Aku sendiri pun sedikit kurang percaya diri dengan hobiku yang mampu membelokkan bahkan memutar balikkan impian-impianku. Aku seorang lulusan Pendidikan Jasmani, lebih keren di telinga banyak orang, "aku hanyalah seorang guru olahraga" :)

Jika aku ingat-ingat, sebenarnya aku suka menulis sejak awal aku duduk di bangku SMA, ya...tepatnya sejak aku merasakan rasa yang menggetarkan dadaku. C.I.N.T.A. kata vokalis band D'Bagindas. Seorang cewek yang dianugerahi tubuh seksi mulai dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Seorang cewek yang sudah ku kenal sejak kedua lubang hidungnya masih basah oleh beleran ingusnya.

Di kelas 7F SMP Negeri 1 Maduran, duduk tepat selisih satu bangku dengannya, setiap hari kedua mataku tak henti melirik tepi-tepi kulit wajahnya yang tersisa oleh lembaran kerudung lebarnya. Tak ayu, tak rupawan, tak juga berkulit bening. Tiga tahun berada di atap sekolah yang sama terus menumbuhkan monkey love ku, cinta monyet maksudnya...hingga di akhir kelas tiga aku kehilangannya, Tak pernah sama sekali melihat, bertegur sapa, apalagi tentang dirinya.

Kembali berjumpa ketika di SMA itu, tak pernah menyangka jika dia satu sekolah denganku lagi, bahkan ketika di kelas XI aku berada sekelas dengannya. W.O.W. bahasa gaulnya anak muda jaman sekarang.
"Sekelas dengan dia..." rasa bahagia yang membuatku menahan agar cinta monyetku tak tumbuh lagi menjadi Cinta Kasih Di Sekolah nya Almarhum Crisye.
Beberapa minggu sekelas dengan dia aku hanya melihat dari kejauhan, tidak berani bertegur sapa bahkan memulai obrolan. Hingga...aku dikagetkan dengan guyonan dari teman-teman bahwa dia merupaka cewek yang gemar gonta-ganti cowok. Tapi begitu perasaan hewan monyet yang ada di hatiku tak pernah mati. Aku bahkan makin penasaran, karena sekenalku, dia merupakan gadis yang pintar mengaji.

Waktu terus berjalan, semakin lama aku berada dalam kelas yang sama. Tiap hari bertemu, tiap hari mengetahui sikap-sikap konyoldan bodohnya. Hingga suatu hari, rasa penasaranku dibayar lunas olehnya. Dia menghampiriku, dia mengajakku mengobrol.
Kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti itu???
Ternyata dia juga menyimpan penasaran, ya...penasaran dibayar dengan penasaran. ^_^

Sejak itu pula, kami makin dekat dan hingga di masa kedekatan kita yang hampir setahun, kami menyatakan kepada teman-teman bahwa kami telah menjadi sepasang kekasih di musim cinta putih abu-abu. Ia lah pacar pertamaku dari cinta pertamaku.

Dari dia lah aku memulai menuangkan perasaanku ke kertas, ya...hanya memasang-masang kata yang bisa disebut dengan puisi. Itu pun entah puisi ataukah hanya coretan..hehehhe. Ingin sekali waktu itu aku membuat sebuah cerita, tapi sayang aku selalu kesulitan mengontrol alur...pasti mbulet...hahahaha.
Sejak SD hingga lulus SMA, nilai Bahasa Indonesiaku paling jelek, sulit sekali bisa nembus angka tujuh....

Di masa kuliah, menulis merupakan kegiatan yang sangat tabu bagiku, Sangat tidak suka, apalagi aku kuliah di jurusan Pendidikan Olahraga, yang sebagian mahasiswa dari jurusan lain sering ngecap kami, "hanya mengandalkan otot" itu lah suara yang tidak tahu dalamnya orang-orang olahraga, tetep positive thinking aja deh..:)

Empat tahun menyelesaikan S-1, sama sekali tidak mengenal yang namanya tulis menulis,...

Kapan hobiku menulis muncul lagi dan semakin bersemangat...???



To be Continue. . . . ^_^



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mentolerir Rindu

Usai lama sudah Bagaimana nyummu punya kabar? Nyungga sedang pi ambil potongan-potongan kenangan Usai lama sudah Rumah tak lagi tersentuh pena Usai lama sudah Nyungga tak lagi mendengar nyummu punya suara Usai lama sudah Air panas tak membelai lidahku Usai lama sudah Pinang Sirih tak meraba bibirku Usai lama sudah 13 Des 2018 To: Kakek Nenek - Tanaraing - Rindi - Sumba Timur - NTT

B A N D U S A

Untukmu Bandusa Rambut gondrongmu sudah pendek Begitupun warnanya, pun sudah hitam  Gincumu sudah tak nampak, entah kemana  Begitupun eye shadow dan blas on Bebatuan emas juga tak bergelantungan di tubuhmu Kamu juga sudah mulai bisa berbaris, meski tidak rapi Sepatu pun sudah tak lagi tersimpan bersama ternakmu Lingkaran perjudianmu juga sudah tak lagi menyapa Kau ganti dengan permainan tradisional penuh tawa Meski, seragammu tak layak, tetapi semangat kakimu meninggalkan waktu tanam dan ngarit perlu diacungi jempol Teruslah datang setiap hari ke sekolah, Nak! Penuhi tawamu, penuhi bahasamu Bukan materi bertema-tema yang ingin kujejalkan, tetapi mari bersama belajar beretika yang kurang kau dapatkan