Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Aku Ingin Selalu Mengenangmu

Tiada secerah hariku di Sumba Tiada sebahagia hatiku di Sumba Semua sungguh mempesona Semua penuh dengan cinta Lagi dikerjain para Ibu Guru Rindi 1 Suasana kebahagiaan dengan anak-anak luar biasa, meski ini kali terakhir bersenang-senang bersama Duo 8-18 mengisi lini tengah CANDI FC Atlit-atlitku yang berjuang dalam O2SN SUMBA TIMUR 2012 Sepasang tanganku membuat Yani menjerit...hehehe Keindahan Panen Raya Tanaraing Rindi Berjalan menuju keajaiban bersama "Laskar Pelangi" Mereka selalu membangunkanku Persahabatan penuh kasih sayang Saat pertama kali kami bisa keluar bersama Jalan pagi keliling Blok Tanaraing Awal langkah kaki kami menuju anak-anak bangsa Senyuman yang selalu mengingatkanku Kebersamaan menuju kekeluargaan Mereka sebenarnya mampu ????? Inilah pantai terindah di Sumba Timur Hanya tersisa kami saat libur akhir tahun Akhirnya kami mendapat julukan "Ipin Upin"

Puisi Sederhana "Kalian"

Lewat puisi-puisi sederhana "Kalian", kenangan yang kalian ukir di hatiku memaksa diriku terpejam dan terdiam membayangkan wajah-wajah lugu "Kalian" Terima kasih. . . . anak-anakku yang sangat luar biasa. Dari: Adriana Tamo Ama Semangatmu berkobar bagaikan api Tak peduli teriknya mentari Engkau tak pernah merasa jenuh Dalam keadaan yang begitu pahit Tak ada yang dapat ku berikan Sebagai ucapan terima kasih Bukan sehelai baju yang engkau pakai Bukan setangkai bunga yang dapat engkau timang Yang aku punya hanyalah sebaik puisi Yang dapat engkau bawa dan egkau kenang Yang ku punya hanyalah do’a untukmu Semoga tuhan menyertaimu Dari: Ngguna Emu Jadilah kau bunga Selalu ingin mengembang Selalu mekar sepanjang musim Tak peduli musim basah atau kemarau Jadilah kau bunga Yang tumbuh pada setiap hati Yang tegar dalam belukar Tumbuhlah Berkembanglah Di manapun engkau ditaburkan

Kalian

Hanya udara segarmu yang akan mengantarku, Hanya terik mataharimu yang akan membekas, Hanya bait-bait puisimu yang mengindahkanku, Dan…. Hanya senyumanmu itu yang membalut kenanganku.

Kampung Bersejarah

Kampung Raja Dilihat dari Atas Bukit Salah satu kampung adat di kabupaten Sumba Timur yang masih bertahan hingga sekarang. Dibangun diatas gundukan tanah yang berada di tengah-tengah lembah di wilayah desa Praiyawang Rende, kecamatan Rindi. Terdapat beberapa kuburan batu zaman Megalithicum, batu yang sengaja diukir dan diambil dari pegunungansekitar. Kuburan yang khusus untuk Raja dan para bangsawan. Selain kuburan batu, di kampung raja ini juga masih berdiri kokoh beberapa rumah adat asli Sumba Timur. Rumah panggung yang beratapkan dari rumput ilalang. Rumah Adat Sumba Timur Kuburan Batu para Raja

Melaut

Kekayaan alam yang sangat berlimpah dan belum terjamah oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab, bisa saya rasakan pada permukaan telapak tanganku. Berinteraksi dengan masyarakat pesisir kecamatan Rindi, kabupaten Sumba Timur NTT membuatku semakin dekat, semakin cinta dengan tanah air Indonesia. Indonesia sangat kaya, Indonesia sangat megah.

Sosok Terpilih

Hanya Sekolah Hingga Kelas 3 SR, Zakariyah Nur Berpredikat Transmigran Teladan Kerasnya kehidupan di pelosok Sumba memaksa sebagian besar orang harus berjuang untuk bertahan hidup. Berusaha keras untuk lari dari kelaparan dan memaksa orang memainkan akal pikiran untuk menggali potensi yang tersedia. Hal tersebut membuat seorang laki-laki yang hanya bisa menikmati pendidikan sampai kelas 3 SR (Sekolah Rakyat) mampu berjabat tangan dengan Bambang Sudibyo, Menteri Transmigrasi pada eranya. Zakariyah Nur, dilahirkan di Sumba Timur 75 tahun silam dengan 10 bersaudara. Beristrikan wanita keturunan Bugis yang usianya 10 tahun lebih muda darinya, Asiya namanya. Dengan dikaruniai 11 orang anak dari hasil cintanya dengan wanita berdarah Bugis yang super cerewet, jelas Zakariyah sambil tersenyum, Zakariyah telah membuat keluarganya menjadi keluarga yang sangat harmonis. Hanya dengan bermodal “Tahu Baca” dan semangat tinggi, Zakariyah mampu menunjukkan diri kepada khalayak bahwa tanpa

Hati Tertalu di Tanahmu

Separuh Perjalanan Keterbatasan yang terangkai sangat rapi pada kehidupan masyarakat Sumba Timur mampu merasuki rangkaian-rangkaian cerita yang ada dalam dunia pendidikan tanah Marapu ini. Berbagai corak fenomena yang muncul pada lingkup pendidikan anak-anak Sumba Timur selalu menemani langkah kakiku untuk menelusuri jalan setapak yang  kulalui ketika berangkat menggapai senyuman-senyuman mereka dan ketika pulang terkenang akan canda tawa mereka, anak-anak bangsa yang sungguh membanggakan Dalam keterbatasan tersebut, sangat banyak hal-hal mengesankan untukku dan ketiga temanku. Kebiasaan-kebiasaan yang tertanam sejak dulu kala dan baru bisa dijumpai saat aku berada di sini. Hal itu mampu melengkapi cerita pengalamanku yang tidak akan berakhir. Setiap hari akan bersambung, setiap hari akan ada hal baru. Mentari memancar begitu bersahabat, udara sangat enak kurasakan, jalanku juga terasa sangat ringan, dengan sapaan “Pagi Bapak guru”, semakin menyamankan hatiku di tanah ini…

Pengabdian Wanita Bima bag. II

Marjan Tetap Ada untuk Kita Memahami alur kehidupan merupakan suatu hal yang terkadang menyulitkan bagi semua orang. Lika-liku yang harus ditempuh menuntut kita untuk selalu siap bertarung menghadapi tantangan. Kenyataan yang mampu memilukan raga harus kita terima dengan lapang dada. Drama kehidupan terkadang membuat kobaran api semangat semakin membara, terkadang juga membuat cucuran air mata membasahi telaga kasih. Ketabahan dan keikhlasan harus selalu ditumbuhkan menghadapi drama seperti itu. Marjan, ia mampu menunjukkan bahwa dirinya memiliki semua itu. Salah satu guru muda SMP Negeri 1 Rindi yang nasibnya terombang-ambing oleh PNPM, sempat mempunyai keinginan untuk keluar dari SMP Negeri 1 Rindi dan mencoba menaruhkan nasib ke Sumba Tengah atau Sumba Barat sebelum ia kembali ke kampung halaman Bima, ternyata dia masih ada dengan kami. Senin, 16 Juli 2012. Ketika seluruh guru sibuk dengan kegiatan MOS, saya dikejutkan dengan kedatangan sosok wanita muda berjilbab. “Bu M

Pengabdian Wanita Bima bag. I

MARJAN Gadis berperawakan kurus, tinggi, kulit berwarna putih, selalu berpakaian rapi, berjilbab. Langkah kaki penuh perhitungan, tutur kata lemah lembut, penuh sopan santun sudah mampu menunjukkan kepribadian yang ada dalam diri seorang Marjan. Wanita kelahiran Bima 23 tahun silam yang sekarang sedang mengabdikan ilmunya di SMP Negeri 1 Rindi. Dia datang sebulan setelah kami, para guru 3T membuka pintu gerbang SMP Negeri 1 Rindi. Datang dengan pundak mengemban nama PNPM dan Matematika terpampang pada raut mukanya. Awal perkenalan dengan Bu Marjan saat di ruang guru, waktu itu sengaja diadakan agenda rapat salah satunya bertujuan memperkenalkan Bu Marjan kepada para guru SMP Negeri 1 Rindi. Ketika ia memperkenalkan diri, sontak guru-guru tersenyum lebar, bukan karena apa-apa sihhh…tapi hanya karena nama, “Marjan”. Kan sama dengan syrup Marjan….celetus Bu Lidia diikuti dengan tertawa…. Tapi di balik nama tersebut pasti ada arti yang tidak diketahui oleh banyak orang. S