MARJAN
Gadis berperawakan
kurus, tinggi, kulit berwarna putih, selalu berpakaian rapi, berjilbab. Langkah
kaki penuh perhitungan, tutur kata lemah lembut, penuh sopan santun sudah mampu
menunjukkan kepribadian yang ada dalam diri seorang Marjan. Wanita kelahiran Bima
23 tahun silam yang sekarang sedang mengabdikan ilmunya di SMP Negeri 1 Rindi.
Dia datang sebulan
setelah kami, para guru 3T membuka pintu gerbang SMP Negeri 1 Rindi. Datang
dengan pundak mengemban nama PNPM dan Matematika terpampang pada raut mukanya.
Awal perkenalan dengan
Bu Marjan saat di ruang guru, waktu itu sengaja diadakan agenda rapat salah
satunya bertujuan memperkenalkan Bu Marjan kepada para guru SMP Negeri 1 Rindi.
Ketika ia memperkenalkan diri, sontak guru-guru tersenyum lebar, bukan karena
apa-apa sihhh…tapi hanya karena nama, “Marjan”. Kan sama dengan syrup
Marjan….celetus Bu Lidia diikuti dengan tertawa…. Tapi di balik nama tersebut
pasti ada arti yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Saya pun sempat
berpikiran buruk terhadapnya, pikiran iseng spontan keluar. “orang itu sudah
badannya kecil, kurus, tinggi, kulit putih, jalan saja sudah sangat susah, apa
kurang makan atau memang tidak mau makan ya……hahaha.” Sifat pendiamnya membuat
hampir seluruh guru mengatakan, “Bu Marjan kurang bergairah deh…hehehehe.”
Hal-hal tersebut tidak
menjadi halangan baginya untuk segera menemui anak-anak. Bahkan tidak butuh
waktu lama bagi dia untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah, terutama
dengan anak-anak kelas 7 terdiri dari 2 Rombel yang dibebankan kepada dirinya.
Semangat guru muda
selalu dikobarkan olehnya. Tidak pernah absen, tidak pernah membiarkan
anak-anak terlantar tanpa kehadirannya di kelas. Seolah-olah dia ingin memberi
contoh kepada guru-guru yang sudah bertahun-tahun di SMP ini.
Meskipun dari luar dia
terlihat tidak memiliki tanaga, tapi dari semangatnya dia datag ke sekolah
sudah menunjukkan bahwa dia bukan orang yang lemah, dia memiliki kekuatan yang
tersimpan dalam dirinya.
Dua bulan berjalan, dia
tidak pernah sama sekali menunjukkan kendornya semangat mendidik anak-anak.
Seorang guru non PNS yang paling rajin, sangat beruntunglah anak-anak
mendapatkannya, begitu pula sekolah yang sangat beruntung mendapat tenaga
pendidik seperti Bu Marjan.
Semangat pengabdiannya
semakin nyata ketika menginjak bulan ketiga. Ketika itu…tiba-tiba ia mendapat
kabar yang membuatnya kecewa. Ternyata selama ini namanya tidak tercantum dalam
daftar guru-guru PNPM di lingkup Tanaraing. Otomatis selama dia mengajar di
sini tidak mendapatkan gaji. Semangat pantang menyerah ia tunjukkan, dengan
cepat ia menyikapi hal tersebut. Dia langsung bersih keras untuk memperjuangkan
nasibnya. Setiap hari dia mondar-mandir dari SMP ke pihak PNPM bahkan juga
sampai ke Waingapu. Tapi sayang….usahanya sia-sia. Dia tetap harus menerima
kalau dia mengajar tanpa digaji.
Meskipun kecewa,,,dia
tidak langsung keluar dan meninggalkan anak-anak, dia tetap melanjutkan
mengajar seperti biasanya, seperti hari yang sudah-sudah. Dengan semangat
memandangi wajah lugu anak-anak, dia melangkahkan kaki tanpa ragu,
mengesampingkan persoalan PNPM.
Ketika ditanya, “kenapa
Bu Marjan tetap mengajar padahal tidak ada yang menggaji?”
Ia menjawab, “saya
kasihan anak-anak, saya sudah menyatu dengan mereka”
Saya kembali bertanya,
“untuk hidup sehari-hari?”
“Alhamdulillah masih
ada kakak meski Cuma sedikit, dan semuanya saya kembalikan kepada Allah SWT”,
tegasnya…
Dia juga sempat
mengutarakan niatnya, ia akan meninggalkan anak-anak setelah semester ini usai,
jadi dia bisa pergi dengan lega. Dia ingin kembali ke Bima, tapi sebelumnya dia
ingin mencoba peruntungan di Sumba Tengah terlebih dahulu.
Bayangkan….
Di zaman seperti ini,
semua serba glamor, semua serba uang, masih ada orang yang memiliki jiwa
seperti Bu Marjan. Ketabahan, keikhlasan dan kesabaran menjadi modal utama
dalam pengabdiannya, pengabdian luar biasa dari seorang guru muda.
Inilah yang dikatakan
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Dalam benak
pengabdianku di program SM-3T, aku tidak ada apa-apanya dengan dia, dengan apa
yang sudah dilakukan Bu Marjan.
Inilah namanya
pengabdian, pengabdian terhadap pendidikan yang sebenarnya.
Sampai sekarang Bu
Marjan masih ada bersama kami, masih menjadi bagian dari keluarga besar SMP
Negeri 1 Rindi, menjadi satu-satunya tenaga pendidik ataupun staf tata usaha
yang tidak mendapat gaji….
Tetap semangat Bu
Marjan……
Komentar
Posting Komentar