Teringat pada kobaran semangat yang pernah melecutkan tinta pena. Dini hari yang menggetarkan memori kenangan. Gemercik lirih terdengar oleh telinga, disertai dengan gelembung-gelembung kecil terlihat oleh mata. Tanpa sentuhan udara pada kulit, pelecut semangat itu menyayat daun-daun kering. Pelecut semangat yang mampu membangunkan dari tempat duduk, Pelecut semangat yang mampu menunjukkan bagaimana cara berdiri, Pelecut semangat yang mampu menuntun ketika mulai belajar untuk berjalan, Pelecut semangat yang terus mampu mengikuti ketika sudah mulai bisa berlari, dan berlari kencang. Pena itu tak henti-henti berlari. Semakin mendengar belaian kenyamanan tutur kata, semakin cepat pena itu berlari. Hadir tepat pada masanya dan berkembang tepat ketika sudah siap. Ambisi, Harapan, Impian menyala semakin terang dengan dilengkapi pelecut semangat yang tak pernah letih. Hari demi hari terlewati dengan suka dan duka. Seperti halusinasi tapi ternyata nyata. Sebuah lembar