Langsung ke konten utama

Kalimat Maaf


Dentungan jantung terdengar begitu menggemah seirama dengan lirihnya dentungan detik jam. 3 x 24 jam berlalu, embun mulai kembali menyapaku, dan aku kembali menyapa mentari, bukan lagi mentari yang menyapaku. Tubuhku melayang-layang lagi, kakiku terseok-seok, badan ceking, tak mampu bersuara, hanya desiran nafas yang keluar dari mulutku. Berlinang gumpalan air mata, menetes, mengalir melintasi tulang pipi. Ketidaksengajaan itu menelusup ke dadamu, hingga menyesakkan helaian nafasmu. Jurang sudah sangat dekat berada di hadapanku, sekali aku menyangkal, jurang tersebut seketika akan melentingkanku. Untaian nada-nada akan selalu menghiasi ketertaluan. Tidak ada yang tahu, karena memang tidak ada yang tahu. Bukalah bibirmu untuk menebar senyuman di sekelilingmu.

8 Januari 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mentolerir Rindu

Usai lama sudah Bagaimana nyummu punya kabar? Nyungga sedang pi ambil potongan-potongan kenangan Usai lama sudah Rumah tak lagi tersentuh pena Usai lama sudah Nyungga tak lagi mendengar nyummu punya suara Usai lama sudah Air panas tak membelai lidahku Usai lama sudah Pinang Sirih tak meraba bibirku Usai lama sudah 13 Des 2018 To: Kakek Nenek - Tanaraing - Rindi - Sumba Timur - NTT

B A N D U S A

Untukmu Bandusa Rambut gondrongmu sudah pendek Begitupun warnanya, pun sudah hitam  Gincumu sudah tak nampak, entah kemana  Begitupun eye shadow dan blas on Bebatuan emas juga tak bergelantungan di tubuhmu Kamu juga sudah mulai bisa berbaris, meski tidak rapi Sepatu pun sudah tak lagi tersimpan bersama ternakmu Lingkaran perjudianmu juga sudah tak lagi menyapa Kau ganti dengan permainan tradisional penuh tawa Meski, seragammu tak layak, tetapi semangat kakimu meninggalkan waktu tanam dan ngarit perlu diacungi jempol Teruslah datang setiap hari ke sekolah, Nak! Penuhi tawamu, penuhi bahasamu Bukan materi bertema-tema yang ingin kujejalkan, tetapi mari bersama belajar beretika yang kurang kau dapatkan