Malam
itu seorang laki-laki baru saja tiba setelah menempuh perjalanan
panjang disertai hujan. Sesampainya di ruang peristirahatan, dia
langsung menyandarkan kedua bahunya ke sebuah bantal di atas kasur yang
keras. Detik demi detik ia rasakan sambil memejamkan mata. Disampingnya
seseorang yang dua tahun lebih tua juga melakukan hal yang sama. Setelah
bebarapa menit, dia membuka kelopak matanya, menengok ke samping
kirinya, ternyata orang tersebut telah menuai mimpi.
Terlintas sebuah kenangan yang memaksanya untuk bangun. Mencari sebuah buku berwarna hijau yang dulu menemaninya selama satu tahun di perantauan. Ia menuju ke sebuah kardus kecil, kira-kira berukuran 30 x 20 cm dan memiliki tinggi 15 cm, seingatnya ia menyimpan buku tersebut di dalam kardus itu. Setelah dibuka ternyata yang ia temukan hanyalah buku-buku yang bersangkutan dengan materi pelajaran. Lalu dia mulai khawatir jika buku itu hilang, ia membuka lemari kayu yang memiliki tinggi hampir sejajar dengan dirinya. Dibukalah dengan cepat, ia hanya menemukan lembaran-lembaran baju yang tak tertata. Hal itu semakin membuat rasa khawatir tersebut meninggi.
Sejenak ia diam, mencoba memutar kembali ingatannya. Ya memang selama ia kembali dari perantauan, buku tersebut tidak mendapat perhatian. Sungguh perlakuan yang sangat berbeda, padahal sepanjang tahun lalu, buku tersebut selalu ikut kemana ia pergi. Buku itu seolah menjadi pakaian yang menutupi tubuhnya.
Pandangan matanya tertuju pada tumpukkan beberapa novel dan buku pengembangan diri yang tertutup oleh dua lembar sajadah dan sarung. Dengan cepat ia menuju ke tempat itu, di sudut antara dinding kamar kos dengan lemari, diangkatlah satu per satu tumpukkan kain dan kertas itu, sambil menghembuskan nafas kelegaan hati, ia menemukan buku hijau.
Tidak sempat merapikan tumpukan itu, karena ia sudah tidak sabar membuka lembar demi lembar buku tersebut. Ketika ia memandangi sampul buku, ia terdiam. Ia takut saat membaca kembali isi buku tersebut, ia berkutat ke masa lalu. Dengan menguatkan hati, ia membuka sampul hijau.
Apa yang ia dapatkan sesuai dengan yang ia takutkan sebelumnya. Coretan-coretan itu menyayat hatinya, mengarahkan ia ke masa indah itu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, keadaan sudah menenggelamkan dirinya. Sesekali dia hanya tersenyum membaca kalimat demi kalimat, terkadang perasaan sedih menyapa ketika lembar demi lembar di buka.
Kebahagiaan tersebut masih sangat kekal dalam buku hijau itu. Kenangan indah yang tak berujung.
“Lyssssssssssss……” Sms yang dia kirim ke salah satu teman.
Dengan cepat balasan terkirim “ hiyow….opo liiiiii?”
" :) " hanya dengan karakter tersebut ia membalas
Itu awal komunikasi dia dengan salah satu teman selama merantau. Buku itu mampu membawanya mengingat lika-liku perjalanan selama di tanah perantauan. Dan komunikasi itupun berlanjut hingga mengantarkan mereka ke lembah mimpi.
Sungguh bercak-bercak kenangan yang sudah terukir dalam pikiran, sangat membahagiakan. Sejarah perjalanan hidup yang tidak bisa dinominalkan. Sangat indah....
21 Januari 2013
Dia adalah Aku
Terlintas sebuah kenangan yang memaksanya untuk bangun. Mencari sebuah buku berwarna hijau yang dulu menemaninya selama satu tahun di perantauan. Ia menuju ke sebuah kardus kecil, kira-kira berukuran 30 x 20 cm dan memiliki tinggi 15 cm, seingatnya ia menyimpan buku tersebut di dalam kardus itu. Setelah dibuka ternyata yang ia temukan hanyalah buku-buku yang bersangkutan dengan materi pelajaran. Lalu dia mulai khawatir jika buku itu hilang, ia membuka lemari kayu yang memiliki tinggi hampir sejajar dengan dirinya. Dibukalah dengan cepat, ia hanya menemukan lembaran-lembaran baju yang tak tertata. Hal itu semakin membuat rasa khawatir tersebut meninggi.
Sejenak ia diam, mencoba memutar kembali ingatannya. Ya memang selama ia kembali dari perantauan, buku tersebut tidak mendapat perhatian. Sungguh perlakuan yang sangat berbeda, padahal sepanjang tahun lalu, buku tersebut selalu ikut kemana ia pergi. Buku itu seolah menjadi pakaian yang menutupi tubuhnya.
Pandangan matanya tertuju pada tumpukkan beberapa novel dan buku pengembangan diri yang tertutup oleh dua lembar sajadah dan sarung. Dengan cepat ia menuju ke tempat itu, di sudut antara dinding kamar kos dengan lemari, diangkatlah satu per satu tumpukkan kain dan kertas itu, sambil menghembuskan nafas kelegaan hati, ia menemukan buku hijau.
Tidak sempat merapikan tumpukan itu, karena ia sudah tidak sabar membuka lembar demi lembar buku tersebut. Ketika ia memandangi sampul buku, ia terdiam. Ia takut saat membaca kembali isi buku tersebut, ia berkutat ke masa lalu. Dengan menguatkan hati, ia membuka sampul hijau.
Apa yang ia dapatkan sesuai dengan yang ia takutkan sebelumnya. Coretan-coretan itu menyayat hatinya, mengarahkan ia ke masa indah itu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, keadaan sudah menenggelamkan dirinya. Sesekali dia hanya tersenyum membaca kalimat demi kalimat, terkadang perasaan sedih menyapa ketika lembar demi lembar di buka.
Kebahagiaan tersebut masih sangat kekal dalam buku hijau itu. Kenangan indah yang tak berujung.
“Lyssssssssssss……” Sms yang dia kirim ke salah satu teman.
Dengan cepat balasan terkirim “ hiyow….opo liiiiii?”
" :) " hanya dengan karakter tersebut ia membalas
Itu awal komunikasi dia dengan salah satu teman selama merantau. Buku itu mampu membawanya mengingat lika-liku perjalanan selama di tanah perantauan. Dan komunikasi itupun berlanjut hingga mengantarkan mereka ke lembah mimpi.
Sungguh bercak-bercak kenangan yang sudah terukir dalam pikiran, sangat membahagiakan. Sejarah perjalanan hidup yang tidak bisa dinominalkan. Sangat indah....
21 Januari 2013
Dia adalah Aku
Komentar
Posting Komentar