Keindahan dikala surya tak mampu menumpahkan senyuman menghiasi kamar asramaku, sejuk merambat dingin. Dalam duduk aku terus menumpahkan senyum, ketika silih berganti status memaksaku untuk mengeja. Semakin banyak tulisan yang kubaca, semakin menambah beban pada kedua kelopakku. Ingin seperti sang surya yang tidur terselimuti hujan.
Itulah status fb ku pagi ini,
Sepiring nasi pecel lahap ku sorongkan ke perutku, segelas teh sebagai pelumas bagi tenggorokkanku yang masih penuh dengan aroma Pepsodent. Keluar meninggalkan restorant asrama PGSD, aku berlanjut kembali ke hotel bintang tiga Kluster Belimbing, membuka pintu kamar Belimbing nomor 4 membuatku rindu akan kenyenyakan malam tadi. Memejamkan mata tepat jam 3 pagi membuatku lupa semua hal, alarm hp terlupa maksudnya sama sekali tak kuhiraukan, subuh pun hilang ditelan bantalku.
Nastoro, laki-laki Lamongan menemaniku hingga dini. Berdua menyeduh segelas kopi yang kami bagi ke dalam dua gelas kami. Sebungkus tembakau bermerk Surya berada di hadapannya, sedangkan barisan Nikotin dari Dunhill ada tepat di samping kananku.
Sepasang helai kain berwarna hitam dan putih sudah menempel pada kulit tubuhku, sepasang sepatu hitam mengkilat pun sudah menanti di depan pintu. Tersenyum mamandangi kegagahanku...hahahaha. Tidak mau membuat mereka menyesal, aku pun segera mendatanginya. Senyumpun terbalas... :)
Sayangnya, langit yang sedari pagi sedang galau, benar-benar menangis. Tangisan yang tepat ketika jam menunjuk angka tujuh.
"Hujaaaannn...nggak apel..." teriak Lurah PPG mampu melepaskan sepasang kain dan sepatuku tadi.
"Yessss!!!" teriakku menyambut Lurahku tercinta.
"Akhirnya pun sebuah celana kolor berwarna hitam bergaris orange menemaniku menunggu hujan reda. Kotak bertuliskan Dell pun ikut menyapaku. Sementara, seorang laki-laki Ponorogo sudah menutup matanya kembali.
Jam 8 sudah, dengan logat Sumba hatiku bergumam, tetapi aku tidak beranjak sedikitpun dari posisiku. Aku masih asyik dengan jejaring facebook, membaca update teman-teman yang serupa denganku, menunggu air hujan habis.
"Ayo budal.." ajak Yopi dan Hari kepadaku.
"Iyo, disik'o," sahutku.
Waktu terus bergulir dan hujan tetap mengucur dari gelapnya awan-awan tersebut. Jam 9 sedikit lagi menyapaku. "Belimbing tersisa kami ber-enam, wow,"lagi-lagi hatiku bergumam.
Dell pun ku langsung ku shut down, ku tutup dan ku kembalikan ke singgasananya. "Kek, tangi! ayok budal," ajakku ke Nova sambil membangunkannya dari lelap tidurnya.
"Ayo gae plastike kasur..hehehe," tambahku.
"Yo...ayo," jawab Nova sambil berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi.
"Aku melok," sahut Yoga dari dalam kamar Belimbing 1.
Aku bersama Nova, Yoga, Mufti, Budi, Feri dan seorang pemberontak yang berdiam di Bougenville Dofie, ikut membentang sebuah plastik menembus rimbunya hujan pagi ini.
"Hai....gedung PPG, kami datang." ^_^
Itulah status fb ku pagi ini,
Sepiring nasi pecel lahap ku sorongkan ke perutku, segelas teh sebagai pelumas bagi tenggorokkanku yang masih penuh dengan aroma Pepsodent. Keluar meninggalkan restorant asrama PGSD, aku berlanjut kembali ke hotel bintang tiga Kluster Belimbing, membuka pintu kamar Belimbing nomor 4 membuatku rindu akan kenyenyakan malam tadi. Memejamkan mata tepat jam 3 pagi membuatku lupa semua hal, alarm hp terlupa maksudnya sama sekali tak kuhiraukan, subuh pun hilang ditelan bantalku.
Nastoro, laki-laki Lamongan menemaniku hingga dini. Berdua menyeduh segelas kopi yang kami bagi ke dalam dua gelas kami. Sebungkus tembakau bermerk Surya berada di hadapannya, sedangkan barisan Nikotin dari Dunhill ada tepat di samping kananku.
Sepasang helai kain berwarna hitam dan putih sudah menempel pada kulit tubuhku, sepasang sepatu hitam mengkilat pun sudah menanti di depan pintu. Tersenyum mamandangi kegagahanku...hahahaha. Tidak mau membuat mereka menyesal, aku pun segera mendatanginya. Senyumpun terbalas... :)
Sayangnya, langit yang sedari pagi sedang galau, benar-benar menangis. Tangisan yang tepat ketika jam menunjuk angka tujuh.
"Hujaaaannn...nggak apel..." teriak Lurah PPG mampu melepaskan sepasang kain dan sepatuku tadi.
"Yessss!!!" teriakku menyambut Lurahku tercinta.
"Akhirnya pun sebuah celana kolor berwarna hitam bergaris orange menemaniku menunggu hujan reda. Kotak bertuliskan Dell pun ikut menyapaku. Sementara, seorang laki-laki Ponorogo sudah menutup matanya kembali.
Jam 8 sudah, dengan logat Sumba hatiku bergumam, tetapi aku tidak beranjak sedikitpun dari posisiku. Aku masih asyik dengan jejaring facebook, membaca update teman-teman yang serupa denganku, menunggu air hujan habis.
"Ayo budal.." ajak Yopi dan Hari kepadaku.
"Iyo, disik'o," sahutku.
Waktu terus bergulir dan hujan tetap mengucur dari gelapnya awan-awan tersebut. Jam 9 sedikit lagi menyapaku. "Belimbing tersisa kami ber-enam, wow,"lagi-lagi hatiku bergumam.
Dell pun ku langsung ku shut down, ku tutup dan ku kembalikan ke singgasananya. "Kek, tangi! ayok budal," ajakku ke Nova sambil membangunkannya dari lelap tidurnya.
"Ayo gae plastike kasur..hehehe," tambahku.
"Yo...ayo," jawab Nova sambil berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi.
"Aku melok," sahut Yoga dari dalam kamar Belimbing 1.
Aku bersama Nova, Yoga, Mufti, Budi, Feri dan seorang pemberontak yang berdiam di Bougenville Dofie, ikut membentang sebuah plastik menembus rimbunya hujan pagi ini.
"Hai....gedung PPG, kami datang." ^_^
So Sweet
BalasHapus