Langsung ke konten utama

Semalam Bersama Hujan Menuju Kawah Bromo

Hujan malam itu turun tanpa ampun....
Perjalanan yang luar biasa kami telah lalui, diiringi suara geledek yang menggetarkan bola bumi, guyuran air dari hitamnya langit membanjiri jalan yang kami lewati. Dingin terus mencoba menembus jas hujan yang kami kenakan, dingin itu ingin memeluk kulit kami dan mematahkan tulang belulang kami.

Lingkaran waktu kami habiskan di jalan, dengan dingin yang mancabik-cabik diri mencoba mengendorkan semangat kami. Laju roda mulai terhambat oleh kali-kali dan selokan-selokan yang meluber menenggelamkan seluruh bagian tubuh jalan.


Belum lagi tikungan-tikungan lengkap dengan pekatnya kabut dan menggigilnya udara membuat kami semakin membeku. Tidak ada kata yang terlontar, belum ada senyum yang mengembang, semua masih terbisu oleh bekunya udara yang menerpah tubuh kami.

Surabaya – Sidoarjo – Pasuruan – Bromo, hujan terus mengguyur kami.


Lelahnya perjalanan sama sekali tak tergambar dari setetes peluh kami, karena peluh kami benar-benar ikut membeku. Tapi beruntung, semangat kami tak pernah membeku, selalu panas untuk mencairkan bekunya udara hari itu.

Setahun di Sumba belum ada artinya dibandingkan semalam menuju Kawah Bromo ^_^
























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mentolerir Rindu

Usai lama sudah Bagaimana nyummu punya kabar? Nyungga sedang pi ambil potongan-potongan kenangan Usai lama sudah Rumah tak lagi tersentuh pena Usai lama sudah Nyungga tak lagi mendengar nyummu punya suara Usai lama sudah Air panas tak membelai lidahku Usai lama sudah Pinang Sirih tak meraba bibirku Usai lama sudah 13 Des 2018 To: Kakek Nenek - Tanaraing - Rindi - Sumba Timur - NTT

B A N D U S A

Untukmu Bandusa Rambut gondrongmu sudah pendek Begitupun warnanya, pun sudah hitam  Gincumu sudah tak nampak, entah kemana  Begitupun eye shadow dan blas on Bebatuan emas juga tak bergelantungan di tubuhmu Kamu juga sudah mulai bisa berbaris, meski tidak rapi Sepatu pun sudah tak lagi tersimpan bersama ternakmu Lingkaran perjudianmu juga sudah tak lagi menyapa Kau ganti dengan permainan tradisional penuh tawa Meski, seragammu tak layak, tetapi semangat kakimu meninggalkan waktu tanam dan ngarit perlu diacungi jempol Teruslah datang setiap hari ke sekolah, Nak! Penuhi tawamu, penuhi bahasamu Bukan materi bertema-tema yang ingin kujejalkan, tetapi mari bersama belajar beretika yang kurang kau dapatkan